"Kura-kura Duri atau disebut juga Kura-kura Matahari (Heosemys spinosa) adalah salah satu reptil langka Indonesia. Kura-kura dari famili Geoemydidae ini menyandang status Endangered (Terancam) dalam Daftar Merah IUCN. Populasi Kura-kura Duri (Kura-kura Matahari) di habitat aslinya semakin berkurang. Namun sebaliknya malah marak dipelihara oleh penghobi reptil.
Nama latin hewan yang dikenal sebagai Kura-kura Duri ini adalah Heosemys spinosa (Gray, 1831). Mempunyai nama sinonim Emys spinosa Duméril & Bibron, 1835 dan Geoemyda spinosa Gray, 1873. Dalam bahasa Inggris dikenal dengan beberapa nama seperti Spiny Terrapin, Spiny Turtle, Cogwheel Turtle, dan Sunburst Turtle."
Demikianlah yang ditulis sebagai pengantar pembahasan Kura-kura Duri oleh alamendah.org.
Dalam bahasa Inggris saja dikenal dengan beberapa nama, bukan bermaksud untuk menyaingi, ternyata di Bengkulu Utara khususnya desa Kuro tidur juga memiliki panggilan sendiri untuk simungil yang sudah sangat jarang bisa ditemui ini. Wajar saja bila IUCN menyatakannya sebagai Endangered dalam daftar merah.
Pertama kali penulis mengetahui keberadaan si mungil berduri ini dari Tim Ekspedisi KPA Margapala dalam Misi Eksplorer Basic yang dilaksanakan di awal tahun 2016. Canggih Prasetya, Ketua KPA sekaligus ketua tim Ekspedisi kala itu menyampaikan penemuannya tersebut di sungai Tik Akia yang sekarang oleh KPA Margapala diberi nama Jalur I Kura-Kura Bintang untuk mengenang Ekspedisi mereka yang menghabiskan 3 hari 3 malam demi mendapatkan data kearifan lokal yang menjadi basis mereka.
Namun sangat disayangkan Hingga sekarang KPA Margapala belum bisa menentukan dimana tepatnya yang menjadi habitat Kura-kura Duri atau disebut juga Kura-kura Matahari (Heosemys spinosa) ini, sehingga sampai dengan sekarang Jalur I belum dibuka untuk umum. Sehingga kebun pisang hutan, beberapa air terjun dan spot Batu Menelan Banyu belum bisa disaksikan sebebas ke 3 jalur Margapala lainnya.
Dalam bahasa rejang, Kura-kura Bintang ini disebut tinit, menurut cerita legenda Tik Baes, asal muasalnya dari senjata penjaga curug 9 yang ketumpahan air kehidupan milik bidadari selendang hijau saat kelompok bidadari itu diserang oleh para penjaga curug 9.
Ukuran karapas Kura-kura Bintang (Spiny Turtle) yang ditemukan tim ekspedisi KPA Margapala waktu itu hanya selebar telapak tangan. Berat tubuhnya sekitar 1 kg. Karapas berwarna coklat agak kemerahan. Kepala berwarna coklat kehitaman, bergaris merah samar dibagian tepinya.
Kura-kura Bintang menurut alamendah.org adalah hewan asli Indonesia. Yang sebarannya hampir mencakup seluruh hutan tropis Sumatera dan Kalimantan di Indonesia, Malaysia, Singapura, Brunei Darussalam, Filipina, dan Thailand. Di Indonesia bisa dijumpai di Sumatera, Kalimantan, dan pulau-pulau kecil di sekitarnya termasuk kepulauan Bangka Belitung, Kepulauan Riau, Kepulauan Natuna, dan beberapa pulau di Nias.
Tapi menurut wikipedia.org, Kura-kura Bintang ini disebut juga Kura-kura bergerigi dan penyebarannya meliputi dari India bagian utara, Bangladesh, Burma, Cina, Kamboja, Vietnam, Thailand, Semenanjung Malaya, Indonesia dan Filipina. Di Indonesia didapati di Mentawai, Sumatra, Kalimantan, Jawa, dan Bali.
Tapi, gambar yang ditampilkan oleh wikipedia tersebut sangat berbeda dengan Kura-kura Bintang. Jadi, saya anggap tidak sama. Berikut tampilan Kura-kura bergerigi yang ditampilkan wikipedia tersebut.
Sebagian besar Kura-kura adalah semi akuatik, jadi daerah perbukitan dengan sungai kecil merupakan habitat yang paling cocok untuk kura-kura. Dan patut disukuri, selain terdapat berbagai jenis pacat tanah dan pacat batang, topografi Kabupaten Bengkulu Utara juga menjadi tempat yang baik untuk kehidupan Kura-kura unik ini.
Klasifikasi Ilmiah Kura-kura Bintang (Gray, 1831)
Kerajaan: Animalia
Filum: Chordata
Kelas: Reptilia
Ordo: Testudines
Famili: Geoemydidae
Genus: Heosemys
Spesies: Heosemys spinosa
Oyah, keberadaan Kura-kura Bintang ini juga pernah ditemukan oleh warga di desa Karang Anyar kota Argamakmur beberapa tahun silam, namun saat ini tidak ada lagi kabar keberadaannya.
Namun demikian, mereka (Kura-kura Bintang) yang berada di jalur I Margapala bisa bernafas lega, karena tetua desa Kuro Tidur sangat melindungi keberadaan mereka. Yups, perlindungan ini memang sudah diketahui oleh generasai muda yang tidak percaya mitos, dongeng, bahkan nasehat yang mereka anggap tabu dan kuno. Tapi setidaknya saat ini mereka belum membuka lahan yang menurut tetua merupakan tempat favorit si-Mungil yang tragis ini.
Semoga keberadaan dan peradaban kita tidak menyempitkan ruang gerak mahluk lainnya. Aamiin..
Dan, bila pembaca ber-inisitif untuk melakukan perjalan ekspedisi untuk melihat langsung si Kura-kura Bintang ini di habitatnya, anda bisa menghubungi para pioneer KPA Margapala di account facebook resmi mereka Kpa Margapala. Untuk kontak person mereka bisa dilihat dipostingan Bumi Rafflesia sebelumnya pada artikel Wisata Ringan Lereng Bukit Barisan (WRLBB).
Perlu diketahui, secara umum KPA Margapala membuat 4 jalur sebagai tujuan wisata alam di basis mereka dengan sebutan Wisata Ringan Lereng Bukit Barisan atau disingkat WRLBB, pengelolaannya didaftarkan kepada Dinas Pariwisata Kabupaten Bengkulu Utara sebagai Pokdarwis Wana Bhakti. Dan saat ini telah resmi Kelompok pengelola wisata Tik Baes kawasan hutan kelola masyarakat dibawah Binaan Dinas Kehutanan Provinsi Bengkulu. Kelompok jalur lain segera menyusul.
RIBET..?
Easy guys, semua itu hanya untuk memenuhi administrasi yang disesuaikan dengan tuntunan perundang-undangan, pada kenyataannya, pengelolaannya tetap oleh sahabat alam lestari kita, KPA Margapala.
Untuk diketahui bersama, UU negara kita mengharuskan pengelolaan wisata kemasyarakatan dikelola oleh Kelompok Sadar Wisata yang bahasa gaulnya disebut POKDARWIS. Memenuhi tuntunan itu, KPA Margapala membentuk POKDARWIS Wana Bhakti dusun IV Desa Kuro Tidur.
Oleh karena sebagian besar lokasi Wisata Ringan Lereng Bukit Barisan yang KPA Margapala kelola merupakan kawasan hutan, maka disesuaikan juga untuk memenuhi tuntunan perundangan mengenai pengelolaan hutan. Dan bukan tidak mungkin, setelah ini akan bermunculan kelompok-kelompok baru lagi demi menyesuaikan tuntunan tersebut, misalnya, pengelolaan aset pemerintah seperti Bendungan DAM Air Lais, Soufenir, Kuliner, dan sebagainya yang juga perlu perlindungan perundangan negara Indonesia.
Walaupun orangnya itu-itu juga. Hehehe,,,
Semoga Warga Bengkulu Utara khususnya bisa menghargai dedikasi yang KPA Margapala perjuangkan. Karena masih sangat sedikit yang mau menghargai perjuangan kelompok kecil di ujung peradaban itu.
Berikut rute Menuju Pos Pokdarwis Wana Bhakti Dari Kota Arga Makmur
Demikian ulasan Kura-kura Bintang, Hewan Eksotis Bengkulu Utara versi Bumi Rafflesia kali ini. Bila ada kritik, saran dan masukan silahkan dituangkan di kolom komentar yang tersedia, juga pertanyaan. Atau dapat langsung menghubungi Piooner KPA Margapala di tautan Wisata Ringan Lereng Bukit Barisan dan melalui account facebook resmi mereka.
Sekian,
Wassalamualaikum Warahmatullahi wabarakatuh.
Kura-kura Bintang Tik Akia Jalur I KPA Margapala Wisata Ringan Lereng Bukit Barisan yang belum dibuka untuk umum hingga sekarang |
Demikianlah yang ditulis sebagai pengantar pembahasan Kura-kura Duri oleh alamendah.org.
Dalam bahasa Inggris saja dikenal dengan beberapa nama, bukan bermaksud untuk menyaingi, ternyata di Bengkulu Utara khususnya desa Kuro tidur juga memiliki panggilan sendiri untuk simungil yang sudah sangat jarang bisa ditemui ini. Wajar saja bila IUCN menyatakannya sebagai Endangered dalam daftar merah.
Pertama kali penulis mengetahui keberadaan si mungil berduri ini dari Tim Ekspedisi KPA Margapala dalam Misi Eksplorer Basic yang dilaksanakan di awal tahun 2016. Canggih Prasetya, Ketua KPA sekaligus ketua tim Ekspedisi kala itu menyampaikan penemuannya tersebut di sungai Tik Akia yang sekarang oleh KPA Margapala diberi nama Jalur I Kura-Kura Bintang untuk mengenang Ekspedisi mereka yang menghabiskan 3 hari 3 malam demi mendapatkan data kearifan lokal yang menjadi basis mereka.
Namun sangat disayangkan Hingga sekarang KPA Margapala belum bisa menentukan dimana tepatnya yang menjadi habitat Kura-kura Duri atau disebut juga Kura-kura Matahari (Heosemys spinosa) ini, sehingga sampai dengan sekarang Jalur I belum dibuka untuk umum. Sehingga kebun pisang hutan, beberapa air terjun dan spot Batu Menelan Banyu belum bisa disaksikan sebebas ke 3 jalur Margapala lainnya.
Dalam bahasa rejang, Kura-kura Bintang ini disebut tinit, menurut cerita legenda Tik Baes, asal muasalnya dari senjata penjaga curug 9 yang ketumpahan air kehidupan milik bidadari selendang hijau saat kelompok bidadari itu diserang oleh para penjaga curug 9.
Ukuran karapas Kura-kura Bintang (Spiny Turtle) yang ditemukan tim ekspedisi KPA Margapala waktu itu hanya selebar telapak tangan. Berat tubuhnya sekitar 1 kg. Karapas berwarna coklat agak kemerahan. Kepala berwarna coklat kehitaman, bergaris merah samar dibagian tepinya.
Kura-kura Bintang menurut alamendah.org adalah hewan asli Indonesia. Yang sebarannya hampir mencakup seluruh hutan tropis Sumatera dan Kalimantan di Indonesia, Malaysia, Singapura, Brunei Darussalam, Filipina, dan Thailand. Di Indonesia bisa dijumpai di Sumatera, Kalimantan, dan pulau-pulau kecil di sekitarnya termasuk kepulauan Bangka Belitung, Kepulauan Riau, Kepulauan Natuna, dan beberapa pulau di Nias.
Tapi menurut wikipedia.org, Kura-kura Bintang ini disebut juga Kura-kura bergerigi dan penyebarannya meliputi dari India bagian utara, Bangladesh, Burma, Cina, Kamboja, Vietnam, Thailand, Semenanjung Malaya, Indonesia dan Filipina. Di Indonesia didapati di Mentawai, Sumatra, Kalimantan, Jawa, dan Bali.
Tapi, gambar yang ditampilkan oleh wikipedia tersebut sangat berbeda dengan Kura-kura Bintang. Jadi, saya anggap tidak sama. Berikut tampilan Kura-kura bergerigi yang ditampilkan wikipedia tersebut.
Gambar Kura-kura Bergerigi Versi wikipedia.org |
Klasifikasi Ilmiah Kura-kura Bintang (Gray, 1831)
Kura-kura Bintang |
Filum: Chordata
Kelas: Reptilia
Ordo: Testudines
Famili: Geoemydidae
Genus: Heosemys
Spesies: Heosemys spinosa
Oyah, keberadaan Kura-kura Bintang ini juga pernah ditemukan oleh warga di desa Karang Anyar kota Argamakmur beberapa tahun silam, namun saat ini tidak ada lagi kabar keberadaannya.
Entah kenapa reptil yang sudah terancam punah ini belum terdaftar kedalam PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR P.20/MENLHK/SETJEN/KUM.1/6/2018 TENTANG JENIS TUMBUHAN DAN SATWA YANG DILINDUNGI. Atau mungkin, sebenarnya hewan ini masih banyak, hanya saja kurang ter-ekspose sehingga IUCN (International Union for Conservation of Nature and Natural Resources) memasukkannya kedalam daftar merah.
Namun demikian, mereka (Kura-kura Bintang) yang berada di jalur I Margapala bisa bernafas lega, karena tetua desa Kuro Tidur sangat melindungi keberadaan mereka. Yups, perlindungan ini memang sudah diketahui oleh generasai muda yang tidak percaya mitos, dongeng, bahkan nasehat yang mereka anggap tabu dan kuno. Tapi setidaknya saat ini mereka belum membuka lahan yang menurut tetua merupakan tempat favorit si-Mungil yang tragis ini.
Semoga keberadaan dan peradaban kita tidak menyempitkan ruang gerak mahluk lainnya. Aamiin..
Dan, bila pembaca ber-inisitif untuk melakukan perjalan ekspedisi untuk melihat langsung si Kura-kura Bintang ini di habitatnya, anda bisa menghubungi para pioneer KPA Margapala di account facebook resmi mereka Kpa Margapala. Untuk kontak person mereka bisa dilihat dipostingan Bumi Rafflesia sebelumnya pada artikel Wisata Ringan Lereng Bukit Barisan (WRLBB).
Perlu diketahui, secara umum KPA Margapala membuat 4 jalur sebagai tujuan wisata alam di basis mereka dengan sebutan Wisata Ringan Lereng Bukit Barisan atau disingkat WRLBB, pengelolaannya didaftarkan kepada Dinas Pariwisata Kabupaten Bengkulu Utara sebagai Pokdarwis Wana Bhakti. Dan saat ini telah resmi Kelompok pengelola wisata Tik Baes kawasan hutan kelola masyarakat dibawah Binaan Dinas Kehutanan Provinsi Bengkulu. Kelompok jalur lain segera menyusul.
RIBET..?
Easy guys, semua itu hanya untuk memenuhi administrasi yang disesuaikan dengan tuntunan perundang-undangan, pada kenyataannya, pengelolaannya tetap oleh sahabat alam lestari kita, KPA Margapala.
Untuk diketahui bersama, UU negara kita mengharuskan pengelolaan wisata kemasyarakatan dikelola oleh Kelompok Sadar Wisata yang bahasa gaulnya disebut POKDARWIS. Memenuhi tuntunan itu, KPA Margapala membentuk POKDARWIS Wana Bhakti dusun IV Desa Kuro Tidur.
Oleh karena sebagian besar lokasi Wisata Ringan Lereng Bukit Barisan yang KPA Margapala kelola merupakan kawasan hutan, maka disesuaikan juga untuk memenuhi tuntunan perundangan mengenai pengelolaan hutan. Dan bukan tidak mungkin, setelah ini akan bermunculan kelompok-kelompok baru lagi demi menyesuaikan tuntunan tersebut, misalnya, pengelolaan aset pemerintah seperti Bendungan DAM Air Lais, Soufenir, Kuliner, dan sebagainya yang juga perlu perlindungan perundangan negara Indonesia.
Walaupun orangnya itu-itu juga. Hehehe,,,
Semoga Warga Bengkulu Utara khususnya bisa menghargai dedikasi yang KPA Margapala perjuangkan. Karena masih sangat sedikit yang mau menghargai perjuangan kelompok kecil di ujung peradaban itu.
Berikut rute Menuju Pos Pokdarwis Wana Bhakti Dari Kota Arga Makmur
Bundaran >> Pasar Purwodadi >> Simpang Dwi Guna (Belok Kanan) >> Simpang 4 Karang Indah (Lurus) >> Simpang 4 Perumnas (Lurus) >> (Melewati SKB, SD/SMP IT, MIN)>> Simpang MAN (Belok Kanan) >> Simpang SMEA (Belok Kiri, Arah Padang Jaya) >> (Melewati SMEA, Jembatan Air Nokan, Desa Senali, Jembatan Air Lais)>> Simpang Kuro Tidur (Belok Kanan Menuju DAM, Melewati Desa Kuro Tidur, Desa Sidu Luhur, Jembatan Irigasi Siring Skunder)>> Simpang 3 PU (Belok Kanan) >> Bendungan Air Lais >> Dusun IV Kuro Tidur>> Simpang 3 pertama belok kanan menaiki tebing, Posko +/- 10 M sebelah kanan setelah Masjid Nur Iman.
Demikian ulasan Kura-kura Bintang, Hewan Eksotis Bengkulu Utara versi Bumi Rafflesia kali ini. Bila ada kritik, saran dan masukan silahkan dituangkan di kolom komentar yang tersedia, juga pertanyaan. Atau dapat langsung menghubungi Piooner KPA Margapala di tautan Wisata Ringan Lereng Bukit Barisan dan melalui account facebook resmi mereka.
Sekian,
Wassalamualaikum Warahmatullahi wabarakatuh.
Kura-Kura Bintang, Hewan Eksotis Bengkulu Utara
Reviewed by Ipit Kalamintoena
on
09.14
Rating:
Tidak ada komentar: